Working Smart as an Auditor
Tulisan ini adalah pengalaman saya sebagai seorang auditor selama kurang lebih 9 tahun. Sejak pertama kali memutuskan terjun ke dunia audit dan asurans, banyak hal yang saya peroleh dari profesi ini. Beberapa diantaranya, lingkungan kerja yang profesional, pressure, deadline, professional attitude, cara kerja dan masih banyak lainnya.
Satu hal yang ingin saya sharing-kan adalah cara kerja seorang auditor secara cerdas. Berdasarkan pengalaman di beberapa kantor akuntan, saya mempelajari berbagai cara kerja audit, dalam hal ini audit atas laporan keuangan. Berikut beberapa tips dan trik cara kerja auditor dalam proses audit:
- Planning adalah hal utama dalam suatu pekerjaan. if you fail to plan, you plan for your failure. Tentukan langkah-langkah, manpower, hingga detail yang perlu dipersiapkan, sebagai contoh: estimasi waktu penyelesaian, pembagian kerja dan prosedur-prosedur yang perlu dilaksanakan. Informasikan ke seluruh personel terkait planning ini agar dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan audit.
- Do your job right! Sebagai seorang manager, lakukan pemantauan dan review atas pekerjaan yang dipersiapkan hingga proses penyelesaian. sebagai seorang team leader (senior), pastikan staf yang mengerjakan kertas kerja telah melaksanakan prosedur audit sesuai planning yang dibuat. sebagai seorang staf, bertugas membantu senior dan memiliki inisiatif jika ada hal yang perlu pertimbangan senior, namun jangan bergantung pada senior terhadap kendala-kendala di lapangan. Setiap personel harus memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya.
- Solution oriented. Seorang staf harus memiliki mindset ini, sebagai contoh: jika terdapat kendala terhadap penyelesaian kertas kerja audit, staf perlu mempertimbangkan solusi dan berusaha terlebih dahulu untuk menyelesaikan sebelum bertanya kepada senior. Hal tersebut juga berlaku untuk senior hingga manajer. Seorang staf, senior dan manajer serta partner memiliki professional judgment yang berbeda dari segi pengalaman dan pengetahuan.
- Avoid or minimize overtime. overtime/lembur seringkali menjadi rutinitas bagi sebagian besar auditor, terutama pada saat peak season. Padatnya jadwal, dikejar deadline serta kuantitas klien yang banyak menjadi alasan utama seorang auditor bekerja overtime. Tidak dapat dipungkiri, saya juga pernah bekerja overtime namun hal tersebut selalu saya evaluasi setiap tahun. Sebagai contoh: jika lembur dikarenakan cara kerja yang kurang efisien, kita perlu mengevaluasi dan memaksimalkan jam kerja dari pagi hingga sore hari. Hal tersebut perlu dievaluasi secara case by case, mungkin dikarenakan jumlah klien yang banyak dengan satu staf yang mengerjakan, maka perlu dievaluasi cost & benefit-nya. Semua tergantung dari penilaian KAP untuk menyediakan tenaga auditor yang cukup dengan jumlah klien yg ada.
- Keep learning and learning. Selain menyibukkan diri dengan pekerjaan, auditor harus tetap belajar dan mengevaluasi diri. Hal-hal yang masih kurang dikuasai, perlu diasah dan dipertajam dengan training maupun self study. Kondisi tersebut akan membuat kita menjadi makin mahir dalam menyelesaikan permasalahan dan kendala yang dialami selama audit. Sebagai contoh, seorang staf perlu memperdalam kemampuan terhadap standar akuntansi dan tidak hanya memperoleh pemahaman pada saat di klien. Hal tersebut membantu auditor menjadi lebih percaya diri terhadap pertanyaan yang diajukan oleh klien.
Kesimpulannya, bekerja adalah passion namun perlu dilakukan dengan cerdas. Auditor juga memiliki keterbatasan, sehingga perlu diterapkan work-life balance. Semoga dapat memberikan insight yang positif dan keep working smart!
(MM)
Komentar
Posting Komentar